Fokusindonesia.com, Jakarta – Dalam peringatan Hari Guru Nasional tahun ini, Putera Sampoerna Foundation (PSF) menegaskan komitmennya untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing global. Dengan mengusung tema “Membangun Masa Depan Gemilang melalui Pendidikan Inklusif dan Penguasaan Keterampilan Matematika untuk Semua,” PSF menggelar rangkaian acara yang mencakup dua sesi talkshow inspiratif dengan menghadirkan para ahli dan praktisi pendidikan.
Menurut Elan Merdy, Senior Director Putera Sampoerna Foundation, melalui perayaan Hari Guru Nasional ini, PSF menegaskan komitmennya untuk terus menjadi pelopor dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif, inovatif, dan adaptif. Langkah ini tidak hanya akan membantu mencetak generasi muda Indonesia yang unggul secara akademis, tetapi juga mampu bersaing di tingkat global dan berkontribusi bagi masyarakat.
“Guru adalah ujung tombak pendidikan. Melalui pelatihan dan dukungan yang kami berikan, kami percaya mereka dapat menjadi agen perubahan dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memberdayakan. Teknologi juga menjadi alat penting bagi guru untuk memperkuat kemampuan literasi numerasi siswa, sehingga mereka lebih siap menghadapi tantangan masa depan,” tutur Elan.
Sesi pertama bertajuk “Menghadapi Stigma: Mengubah Persepsi tentang Pendidikan Inklusif dan Pendidikan Khusus” membahas tantangan stigma yang masih melekat dalam masyarakat. Pendidikan inklusif sering kali dikaitkan dengan persepsi negatif, padahal pendekatan ini bertujuan untuk memberikan hak pendidikan yang setara bagi setiap siswa. Selain menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung, pendidikan inklusif juga mendorong empati, kerja sama, dan keterampilan sosial yang sangat penting di era globalisasi.
Menurut Putra Asga Elevri, Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Ditjen GTK, dalam upaya mendukung inklusi bagi penyandang disabilitas di Indonesia, penting untuk mengumpulkan data yang akurat dan dapat diakses oleh orang tua dan guru. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.
“Dengan pendekatan asesmen yang berfokus pada kebutuhan fungsional dan lingkungan, kita dapat lebih memahami profil belajar siswa, terutama mereka yang mungkin mengalami kesulitan belajar yang tidak terdiagnosis. Kesadaran di sekolah mengenai isu ini juga harus ditingkatkan agar semua siswa, termasuk mereka dengan disabilitas, dapat belajar dengan lebih baik,” tuturnya.
Pada sesi ini juga sekaligus menjadi momen peluncuran buku “Menjembatani Perbedaan: Pendidikan Inklusif dan Pendidikan Khusus sebagai Pilar Kesetaraan” karya dari Tim Guru Binar yang berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kemendikdasmen RI serta Platform Merdeka Mengajar. Buku ini menjadi bukti nyata bagaimana para guru berkontribusi dalam inovasi pendidikan di tingkat nasional.
Juliana, Head of Program Development and Guru Binar Putera Sampoerna Foundation, mengatakan, “Peran guru menjadi sangat signifikan. Guru yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang adaptif dapat membantu setiap siswa merasa dihargai dan berkembang sesuai potensinya. Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat juga menjadi kunci untuk membangun ekosistem pendidikan yang benar-benar inklusif.”
Sesi kedua bertema “Inovasi Teknologi dan Peran Guru dalam Meningkatkan Pembelajaran Matematika yang Efektif” menyoroti pentingnya pengembangan kemampuan numerasi siswa di Indonesia.
Tasya Kamila, Public Figure yang turut hadir dalam acara ini, berbagi pengalamannya belajar Matematika semasa sekolah hingga penerapan kepada kedua anaknya. “Waktu sekolah aku melihat Matematika cukup menyenangkan karena aku bisa memecahkannya dengan berbagai metode yang menggunakan logika. Hal itu aku turunkan ke anak-anakku supaya mereka bisa mulai menyukai numerasi melalui hal-hal sederhana dalam keseharian.”
Berdasarkan data PISA 2022, skor matematika siswa Indonesia berada di angka 366, jauh di bawah rata-rata OECD sebesar 472. Kondisi ini menegaskan perlunya pendekatan strategis untuk memperkuat literasi numerasi di kalangan siswa. Salah satu cara efektif adalah melalui Project-Based Learning (PjBL), yang memungkinkan siswa memahami konsep matematika dalam konteks nyata.
PSF melalui School Development Outreach (PSF-SDO) telah mengimplementasikan berbagai program untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, termasuk numerasi dan matematika. Inovasi ini dapat memberikan akses belajar yang fleksibel, baik secara mandiri maupun kolaboratif, dan mendukung peran guru dalam memberikan pengalaman belajar yang lebih efektif.
“Teknologi menjadi salah satu elemen penting dalam meningkatkan pembelajaran matematika. Inovasi seperti video tutorial, game edukasi, dan augmented reality (AR) dapat membantu siswa memahami konsep-konsep matematika yang kompleks dengan cara yang menarik dan interaktif,” tambah Juliana.
PSF-SDO terus berkontribusi meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui tiga program utama: Lighthouse School Program (LSP), Teachers Learning Centre (TLC), dan Guru Binar. Metode pembelajaran berbasis proyek yang diterapkan PSF-SDO terbukti meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi siswa hingga 7% dalam dua tahun terakhir.
“Pendekatan kami ini juga membantu guru meningkatkan kompetensi pedagogik mereka dalam merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pembelajaran berbasis proyek, yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran siswa. Kami harap upaya-upaya ini dapat membangun pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi,” tutup Juliana.
(Sum)